Sahadewi.Co.Id - Ada banyak mitos kehamilan yang beredar di masyarakat, mulai dari perihal bentuk perut terkait jenis kelamin, bahaya melihat gerhana bulan, hingga larangan berhubungan intim. Padahal kenyataannya, tidak semua mitos kehamilan tersebut didukung oleh fakta ilmiah.
Pada saat hamil, Bunda disarankan untuk memahami informasi mana yang benar dan mana yang hanya mitos, agar tidak salah kaprah, apalagi sampai menimbulkan kekhawatiran.
Mitos vs Fakta Kehamilan
Untuk mengetahui mitos kehamilan yang banyak berkembang sekaligus mengetahui apa saja fakta di baliknya, Bunda bisa menyimak informasi berikut ini.
1. Mitos jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut dan denyut jantung janin
Ibu hamil yang perutnya melebar ke samping akan memiliki bayi perempuan, sedangkan jika meruncing ke depan akan memiliki bayi laki-laki. Dikatakan juga bahwa jika detak jantung janin di atas 140 per menit, maka jenis kelaminnya adalah perempuan. Sedangkan jika detak jantungnya kurang dari 140 per menit, maka ia berjenis kelamin laki-laki.
Faktanya?
Bentuk perut ibu hamil tidak dapat dijadikan penentu jenis kelamin bayi di dalam kandungan. Selain itu, belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori penentuan jenis kelamin bayi berdasarkan denyut jantung janin.
Detak jantung janin yang normal adalah antara 120 - 160 kali per menit. Denyut jantung janin bisa berbeda setiap kali pemeriksaan kehamilan rutin. Hal ini dikarenakan denyut jantung janin dipengaruhi oleh usia kehamilan dan aktivitas janin pada saat pemeriksaan.
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi di dalam kandungan, Bunda bisa menjalani pemeriksaan USG kehamilan saat usia kehamilan sudah lebih dari 18 minggu.
2. Mitos melihat gerhana bulan ketika hamil
Bila ibu hamil melihat gerhana bulan, bayi di dalam kandungannya akan lahir dengan kondisi bibir sumbing.
Faktanya?
Bibir sumbing terjadi karena adanya kelainan genetik, infeksi selama hamil, kekurangan nutrisi tertentu, misalnya asam folat, atau kebiasaan merokok saat hamil. Jadi, bibir sumbing pada bayi tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan bulan.
3. Mitos wanita hamil sebaiknya tidak mandi terlalu sering
Konon, ibu hamil tidak boleh mandi terlalu sering, karena kotoran yang ada di air akan meresap ke dalam tubuh ibu dan membuat bayi terkontaminasi.
Faktanya?
Mitos tersebut jelas tidak benar. Bayi terlindungi oleh selaput lendir dan ketuban yang membungkus rahim, sehingga kotoran dari luar tubuh ibu tidak akan sampai ke tubuh bayi.
4. Mitos ibu hamil makan untuk dua orang
Banyak orang yang menganjurkan agar ibu hamil makan lebih banyak. Katanya, ibu hamil harus makan untuk porsi dua orang.
Faktanya?
Pada saat hamil, wanita hanya membutuhkan kalori tambahan sebesar 300 kalori per hari untuk menunjang pertumbuhan bayi. Kalori ekstra ini bisa didapatkan dari segelas susu skim dan 60 gram keju atau 4 porsi sayur dan buah. Jadi, jangan sampai Anda menambahkan kalori secara berlebihan. Selain dapat menyebabkan obesitas yang bisa berdampak buruk pada kehamilan, Anda juga akan kesulitan untuk membuang kalori dan menurunkan berat badan setelah melahirkan.
5. Mitos larangan naik pesawat ketika hamil
Naik pesawat akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan akibat radiasi, baik dari mesin pemindai di bandara maupun karena ketinggian.
Faktanya?
Mesin pemeriksa yang menggunakan sinar-X di bandara dan pesawat yang terbang pada ketinggian tertentu memang memancarkan radiasi. Namun, tingkat radiasi tersebut terbilang sangat kecil dan tidak cukup untuk menembus masuk ke dalam tubuh, sehingga tidak akan mengganggu bayi yang ada di dalam kandungan.
6. Mitos berhubungan intim saat hamil
Berhubungan seksual saat hamil dapat membahayakan kehamilan dan janin di dalam kandungan.
Faktanya?
Hubungan seksual tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan karena bayi terlindung oleh kantong dan cairan ketuban, otot rahim yang kuat, serta lapisan lendir tebal di mulut rahim. Orgasme juga tidak menyebabkan keguguran karena kontraksi otot pada saat orgasme berbeda dengan kontraksi ketika melahirkan.
Namun bagi ibu hamil yang berisiko mengalami keguguran atau persalinan prematur, dan ibu hamil dengan perdarahan dari vagina tanpa sebab yang jelas, disarankan untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter. Kemungkinan dokter akan menganjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual dulu selama beberapa waktu.
Sebenarnya, hal yang perlu diwaspadai ibu hamil dalam melakukan hubungan seks adalah penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, kutil, atau herpes. Jika ibu hamil terinfeksi penyakit tersebut, maka besar kemungkinan bayi akan terinfeksi juga.
7. Mitos nyeri ulu selama hamil berhubungan dengan ketebalan rambut janin
Konon, jika ibu hamil mengalami nyeri ulu hati alias heartburn selama masa kehamilan, maka janin akan terlahir dengan rambut tebal.
Faktanya?
Jawabannya mungkin saja iya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika wanita hamil mengalami nyeri ulu hati yang cukup berat, janin yang dilahirkan cenderung akan memiliki rambut tebal.
Para peneliti menduga hal ini ada kaitannya dengan hormon kehamilan yang berperan terhadap pertumbuhan rambut janin, namun juga menyebabkan nyeri ulu hati pada ibu hamil. Walau demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hubungan antara keduanya.
Guna mewujudkan kehamilan yang sehat, Anda perlu cermat menyikapi mitos-mitos yang ada, dengan mendiskusikannya bersama dokter kandungan sebelum memercayainya.
Anda juga perlu berhati-hati terhadap mitos yang bertentangan dengan anjuran dokter, yang menganjurkan sesuatu yang tidak direkomendasikan oleh dokter, atau yang menimbulkan kekhawatiran secara berlebihan.
Sumber : Alodokter
0 komentar:
Posting Komentar