Sahadewi.Co.Id - Migrain pada anak adalah salah satu penyebab utama anak mengalami sakit kepala yang sering kambuh. Rasa nyerinya bahkan bisa sangat berat hingga anak sulit beraktivitas. Agar kondisi ini tidak berlarut-larut, orang tua perlu mengenali gejala migrain pada anak serta pengobatannya.
Migrain pada anak bisa terjadi pada anak usia berapa pun. Namun, penyakit ini lebih sering terjadi pada anak berusia 7-11 tahun. Migrain juga lebih sering terjadi pada anak-anak yang sudah memasuki masa pubertas. Migrain pada anak-anak yang telah memasuki masa pubertas ini lebih banyak terjadi pada remaja perempuan.
Ada dua tipe utama migrain pada anak, yaitu:
- Migrain tanpa aura. Jenis migrain ini terjadi pada 60-85% kasus migrain pada anak.
- Migrain dengan aura. Jenis migrain ini terjadi pada 15-30% kasus migrain pada anak.
Aura merupakan tanda gejala yang menandakan bahwa migrain akan segera terjadi. Gejala aura biasanya muncul 30-60 menit sebelum migrain muncul dan bisa berlangsung selama 20-60 menit. Gejala aura yang paling umum adalah:
- Penglihatan kabur secara tiba-tiba.
- Pandangan mata terasa silau atau seperti ada garis.
- Kesulitan berbicara.
- Mual dan muntah.
Beberapa anak yang mengalami gejala aura sebelum munculnya migrain juga dapat merasakan halusinasi, tubuh sulit bergerak, atau kesemutan.
Tanda Migrain pada Anak
Migrain yang dirasakan setiap anak bisa berbeda-beda durasinya. Ada anak yang merasakan migrain selama beberapa menit, beberapa jam, bahkan ada yang merasakannya hingga beberapa hari.
Beberapa tanda dan gejala migrain pada anak meliputi:
- Nyeri atau sakit di satu sisi kepala. Sakit kepala yang dirasakan cukup berat dan terasa seperti tertusuk-tusuk atau berdenyut.
- Mual atau muntah.
- Sakit perut.
- Pusing berputar (vertigo).
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau silau.
- Kesemutan atau mati rasa pada bagian tubuh tertentu.
- Kebingungan.
- Sulit berkonsentrasi.
Setiap anak dapat menunjukkan gejala migrain yang berbeda-beda. Ketika migrain terjadi, rangsangan cahaya, bau, suara, hingga aktivitas sehari-hari dapat terasa mengganggu atau memperburuk gejala migrain.
Cara Mengobati Migrain pada Anak
Pengobatan migrain pada anak tergantung pada seberapa parah gejala migrain, seberapa sering migrain terjadi atau kambuh, dan gejala apa yang dialami anak saat mengalami migrain.
Namun secara umum, gejala migrain pada anak bisa diringankan dengan beberapa cara berikut ini:
Istirahat yang cukup
Saat mengalami migrain, anak disarankan untuk tidur di ruangan yang sejuk, gelap, dan sunyi. Istirahat yang cukup terbukti dapat membantu meringankan gejala migrain pada anak.
Mengonsumsi obat pereda nyeri
Jika gejala yang dirasakan sangat berat atau membuat anak sulit beristirahat, migrain perlu diobati dengan obat antinyeri. Untuk menentukan jenis obat antinyeri yang cocok untuk migrain pada anak, sebaiknya konsultasikan ke dokter.
Menghindari stres
Stres dan kelelahan dapat membuat migrain pada anak kambuh. Jika anak sedang mengalami stres, cobalah untuk menenangkan dan menemaninya, agar ia dapat merasa rileks dan nyaman. Bila perlu, bawalah anak ke psikolog untuk konseling, guna membantunya mengatasi stres.
Selain cara-cara di atas, migrain juga dapat ditangani dengan obat-obatan dari dokter. Obat-obatan yang umum digunakan untuk meredakan nyeri dan mencegah kekambuhan migrain adalah:
- OAINS (obat antiinflamasi nonsteroid).
- Obat golongan triptan, seperti sumatriptan.
- Obat antidepresan, seperti amitriptilin.
- Obat antikejang, seperti topiramate, gabapentin, dan asam valproat.
- Obat antihipertensi, seperti propranolol dan verapamil. Meskipun umumnya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, jenis obat tersebut juga dapat membantu mencegah kekambuhan migrain pada anak.
Pemilihan jenis obat-obatan yang digunakan akan didasari pada kondisi dan usia masing-masing anak, usianya, dan apakah ada perbaikan setelah anak diberikan obat-obatan.
Migrain pada anak perlu segera diperiksakan ke dokter anak jika disertai demam tinggi, muntah, kejang, pingsan, dan koma. Migrain juga perlu segera diobati jika dirasakan semakin lama semakin parah, berlangsung lebih dari dua hari, terjadi lebih dari sekali seminggu, atau membuat anak kesulitan untuk beraktivitas dan mengikuti pelajaran di sekolah.
Sumber : Alodokter
0 komentar:
Posting Komentar